Jumat, 10 Juni 2016

Nama Kelompok
-Nopia Santri Situmeang (E1I013030)
-Mei Yunisari Napitu (E1I013031)

Tugas Review Jurnal SIG
#ilmukelautan
#universitasbengkulu

PEMETAAN PADANG LAMUN DENGAN CITRA ALOS DAN CITRA ASTER DI PULAU PARI, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU
Abstrak
MOH IKHWANUSH SHOFA. Pemetaan Padang Lamun dengan Citra ALOS dan Citra ASTER di Pulau Pari, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu. Dibimbing oleh JONSON LUMBAN GAOL dan NYOMAN METTA N. NATIH
Salah satu pemanfaatan teknologi penginderaan jarak jauh adalah dalam pengamatan padang lamun. Pemanfaatan citra satelit untuk pemetaan lamun pernah dilakukan di Pulau Pari pada tahun 2008. Untuk melihat perubahan yang terjadi maka pemantauan padang lamun masih perlu dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah memetakan sebaran lamun di Pulau Pari dengan menggunakan citra ALOS dan ASTER serta mengetahui nilai akurasi dari peta sebaran lamun tersebut. Pengolahan citra untuk penajaman dengan menggunakan citra komposit dan algoritma Lizenga. Klasifikasi citra dilakukan dengan metode klasifikasi tak terbimbing dan klasifikasi terbimbing. Jenis lamun yang ditemukan di perairan Pulau Pari secara umum adalah Enhalus accoroides, Thalassia hemprichii, dan Cymodocea rotundata. Luas padang lamun yang terpetakan dengan metode klasifikasi tak terbimbing pada citra ALOS adalah 1.641 km2 dengan akurasi 71.01% dan pada citra ASTER 1.794 km2 dengan akurasi 68.11%. Pemetaan dengan metode klasifikasi terbimbing diketahui luas area lamun yang terpetakan dari citra ALOS adalah 1.373 km2 dengan akurasi 62.32% dan pada citra ASTER 1.389 km2 dengan akurasi 60.87%. Pemetaan lamun dengan citra ALOS memiliki nilai akurasi yang lebih tinggi dari pemetaan dengan menggunakan citra ASTER.
1.    Pendahuluan
Perkembangan teknologi penginderaan jarak jauh sekarang ini semakin maju. Penginderaan jauh satelit memberikan alternatif yang komprehensif untuk pemetaan ekositem perairan dangkal, seperti terumbu karang dan lamun. Sensor penginderaan jauh dapat menembus perairan dangkal yang jernih dan mengenali karakteristik substrat dasar perairan tersebut.
Penelitian mengenai pemetaan dan monitoring ekosistem perairan dangkal (karang, mangrove dan lamun) telah banyak dilakukan dengan menggunakan citra satelit.Penelitian pemetaan padang lamun dengan menggunkan citra ALOS pernah dilakukan di perairan Bitung - Manado Sulawesi Utara (Supriyadi 2009) dan di Pulau Pari (Silfiani 2010). Kedua penelitian tersebut menggunakan satu citra. Pemetaan padang lamun dengan memanfaatkan dua citra satelit dengan resolusi spasial yang berbeda perlu dilakukan guna mengetahui jenis citra satelit yang lebih akurat untuk memetakan padang lamun.
Peran lamun menurut Nybakken (1988), secara ekologis sumber utama produktivitas primer, penstabil dasar perairan dengan sistem perakarannya yang dapat menangkap sediment (trapping sediment), tempat berlindung bagi biota laut, tempat perkembangbiakan (spawning ground), pengasuhan (nursery ground), serta sumber makanan (feeding ground) bagi biota-biota perairan laut, pelindung pantai dengan cara meredam arus, penghasil oksigen dan mereduksi CO2 di dasar perairan .


2.    Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memetakan sebaran padang lamun di perairan Pulau Pari dari citra ALOS dan citra ASTER dan mengetahui nilai akurasi peta sebaran lamun.




3.    METODE
Penelitian meliputi survei lapang dan analisis citra. Survei lapang lamun Pulau Pari diawali dengan melakukan pengamatan kondisi perairan lamun dengan mengelilingi Pulau Pari menggunakan kapal untuk mengambil data habitat dasar perairan dan mengamati kondisi lamun di Pulau Pari. Pada titik-titik tertentu (Lampiran 2) diambil data titik koordinat dan habitat dasar perairannya yang berupa lamun, pasir, karang, atau rumput laut. Selanjutnya dilakukan pengukuran nilai parameter fisika dan kimiaperairan Pulau Pari yaitu pengukuran oksigen terlarut (DO), temperatur perairan (suhu), salinitas, kecerahan ,dan pH pada empat sisi Pulau Pari.
Pengolahan citra ALOS dan ASTER diawali dengan koreksi geometrik citra, pemisahan antara perairan dan daratan, transformasi citra dan klasifikasi. Klasifikasi dilakukan dengan dua metode yakni: (1) metodeklasifikasi citra secara tidak terbimbing (unsupervised clasification) dengan membuat komposit citra dari tiga band citra RGB 421 dan (2) Metode klasifikasi terbimbing (supervise clasification). Pada klasifikasi terbimbing sebelum proses klasifikasi dilakukan penajaman citra dengan algoritma Lyzenga
Proses penajaman dengan algortitma Lyzenga merupakan proses penggabungan informasi dari dua band yang bertujuan untuk mendapatkan penampakan habitat dasar perairan dengan menggunakan persamaan berikut (Green et al. 2000).

Y = ln (TM 1) – [ki/kj ln (TM 2)]......................................................(1)
 Keterangan :
Y = Citra hasil ekstraksi dasar perairan
 TM 1 = Band 1 (biru) TM 2= Band 2 (hijau)
 ki/kj = Nilai Koefisien atenuasi Dimana : ki/kj = a + √(a2 + 1).......(2)
 a = (var TM 1 – Var TM 2)/(2 * Covar TM1 TM2)....................(3)

Uji akurasi menggunakan metode Confusion Matrix digunakan untuk menghasilkan nilai kuantifikasi dan penilaian terhadap metode yang relatif lebih baik untuk klasifikasi dan pemetaan padang lamun di daerah kajian .Ketelitian pemetaan dibuat dalam beberapa kelas X yang dapat dihitung dengan rumus (Short, 1982 dalam Purwadhi, 2001). Adapun rumus perhitungan disajikan pada Gambar 1.
MA =
Keterangan :
Gambar 1. Rumus perhitungan Ketelitian Pemetaan








3.1.Diagram Alir Penelitian
Diagram alir merupakan susunan tahapan proses yang akan dilakukan pada saat melaksanakan penelitian. Adapun diagram alir penelitian ini disajikan pada Gambar 2.


 
















Gambar 2. Diagram alir Penelitian
3.2.Perbandingan dengan metode di jurnal pembanding
Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif untuk menggambarkan sifat atau obyek yang diteliti. Penentuan perubahan padang lamun dilakukan dengan pengolahan citra digital Landsat 7 ETM+ (Path/Row:123/62; Acquisition Date: 9- 8-2011 dan 10-8-1999) dengan metode klasifikasi tidak terbimbing (unsupervised clasification).
Penelitian terdiri dari beberapa tahapan yaitu citra digital (berisi tahapan pra pengolahan citra digital dan pengolahan citra digital); data lapangan (berisi tahapan pengukuran kondisi padang lamun/ groundcheck); analisis data (berisi tahapan analisis kondisi dan perubahan luasan lamun). Pra pengolahan citra digital terdiri dari beberapa tahapan, yaitu impor data, komposit band RGB 421, koreksi geometrik dan koreksi radiometrik. Pemilihan tahun pada impor data, berdasarkan pertimbangan.



4.    Hasil dan Pembahasan
      Adapun peta yang dihasilkan menggunakan dua klasifikasi yaitu klasifikasi tak terbimbing dengan klasifikasi terbimbing. Kedua klasifikasi ini dilakukan untuk melihat luasan padang lamun serta ketajaman citra

4.1.Peta Hasil Klasifikasi dengan Metode Tak Terbimbing
      Peta hasil klasifikasi tak terbimbing merupakan hasil peta yang mengutamakan informasi tentang luasan padang lamun. Adapun peta hasil klasifikasi tak terbimbing disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta hasil kalsifikasi tak terbimbing

Kekurangan :
Adapun kekurangan dari peta ini yaitu: (1) Judul peta, dalam peta tersebut tidak disebutkan judul peta tersebut,sehingga pembaca akan susah untuk mengetahui lansung isi dari peta tersebut dengan cepat. (2) Tahun Pembuatan, Peta dalam peta tersebut tidak disebutkan tahun pembuatan petanya kapan, hanya menyebutkan siapa pembuat petanya. (3) Kurangnya informasi simbol, maksudnya yaitu dalam peta hanya memperlihatkan simbol tentang sebaran lamun dan simbol daratan saja. Padahal dijelaskan bahwa sebaran lamun itu sendiri memilki faktor pembatas. (4)  Pada legenda “kelas lain” itu sendiri tidak memberikan informasi yang jelas. (5) Tidak menggunakan koreksi radiometrik. Jadi kemungkinan kesalahan terjadi akan lebih besar




4.2. Peta Hasil Klasifikasi dengan Metode Terbimbing
            Peta hasil klasifikasi tak terbimbing merupakan hasil peta yang mengutamakan informasi tentang ketajaman citra dan kualitas padang lamun. Adapun peta hasil klasifikasi tak terbimbing disajikan pada Gambar 4.




Gambar 4. Peta hasil metode terbimbing
Kekurangan :
      Adapun kekurangan dari peta ini adalah: (1). Judul peta, dalam peta tersebut tidak disebutkan judul peta tersebut,sehingga pembaca akan susah untuk mengetahui lansung isi dari peta tersebut dengan cepat. (2). Tahun Pembuatan Peta, dalam peta tersebut tidak disebutkan tahun pembuatan petanya kapan, hanya menyebutkan siapa pembuat petanya. (3). Kurangnya informasi simbol, Maksudnya yaitu dalam peta hanya memperlihatkan simbol tentang sebaran lamun dan simbol daratan saja. Padahal dijelaskan bahwa sebaran lamun itu sendiri memilki faktor pembatas. (4).  Pada legenda “kelas lain” itu sendiri tidak memberikan informasi yang jelas dan juga warna dari legendanya tidak jelas. (5). Tidak menggunakan koreksi radiometrik. Jadi kemungkinan kesalahan terjadi akan lebih besar.


4.3. perbandingan dengan jurnal pembanding
jurnal pembanding berfungsi untuk mengoreksi kesalahan dan kekurangan masing-masing demi perbaikan selanjutnya. Dalam paper ini juga diambil peta padang lamun menggunakan citra satelit untuk melihat kekurangan dan kelebihannya. Adapun peta perbandingan disajikan pada Gambar 5.



Gambar 5. Peta perbandingan
Kekurangan :
Adapun kekurangan daripeta ini adalah: (1). Judul peta dalam peta tersebut tidak disebutkan judul peta tersebut,sehingga pembaca akan susah untuk mengetahui lansung isi dari peta tersebut dengan cepat. (2). Tahun Pembuatan Peta dalam peta tersebut tidak disebutkan tahun pembuatan petanya kapan, hanya menyebutkan siapa pembuat petanya. (3). Kurangnya informasi simbol, Maksudnya yaitu dalam peta hanya memperlihatkan simbol tentang sebaran lamun dan simbol daratan saja. Padahal dijelaskan bahwa sebaran lamun itu sendiri memilki faktor pembatas. (4). Legenda Peta, dimana legenda yang digunakan tidak tertera pada peta. (5) Warna Simbol, Warna yang digunakan sangat tidak mencolok, sehingga sedikit lebih susah membacanya jika warna simbol yang digunakan lebih bervariasi.
                             



5.    Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan citra satelit ALOS dan ASTER diketahui  sebaran lamun di PulaPari tumbumengelilingi gugu PulaPari.Luas ekosistem lamun yang diperoleh dari pengolahan citra ALOS dengan metode klasifikasi tak bimbing adalah 1.641  km2 dengan  akurasi  71.01%.Dengan penajaman oritma Lyzenga dengan klasifikasi terbimbing diperoleh luas ekosistem lamun 73  km2  dengan  nilai  akurasi  62.32  %.  Pada  citra  ASTER  dengan  metode sifikasi tak terbimbing diperoleh luas 1.794 km2 dan nilai akurasi 68.11 % .dengan klasifikasi terbimbing diketahui luas lamun adala 1.389 km2 dan nilai urasi 60.87%.  Pemetaan lamun dengan citra ALOS memiliki nilai akurasi yang lebih tinggi dari pemetaan dengan menggunakan citra ASTER.
Kesimpulan dari hasil perbandingan kedua jurnal adalah jurnal acuan dan jurnal pembanding sama-sama memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing tetapi dari kedua jurnal, jurnal acuan lebih baik dari jurnal perbandingnya karena metode yang digunakan ada dua sehingga informasi tentang padang lamun lebih jelas dan pemverian warna pada peta lebih menarik dan mudah dipahami.





























DAFTAR PUSTAKA

Bengen DG. 2002. Ekosistem dan sumberdaya alam pesisir dan laut serta prinsip pengelolaannya. Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, IPB.
GreenPE, Mumby PJ, Edwards AJ, Clark CD.2000.Remote Sensing Handbook for Coastal Management.United Nations Educational, Scientics, and Cultural Organization. Paris. Perancis Hutagalung HP, Rozak A. 1997. Penentuan kadar fosfat, nitrat, dan kandungan oksigen terlarut. Dalam: HP. Hutagalung, D. Setiapermana, dan S.H. Riyono (Ed). Metode Analisis Air laut, sedimen, dan Biota. Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta. 182 hal.
Nybakken JW.1998. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Alih Bahasa: M. Eidman, Koesoebiono, M. Htomo, dan S. Sukardjo. PT. Gramedia Pustaka
       utama, Jakarta.                 
PurwadiSH. 2001.  Interpretasi citra digital. PT. Grasindo. Jakarta, Indonesia.
Silfiana, 2010. Pemetaan Lamun dengan Menggunakan Citra Satelit ALOS di perairan Pulau Pari. Skripsi. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 50 hal.
Supriyadi IH. 2009. Pemetaan kondisi lamun dan bahaya ancamannya dengan menggunakan citra ALOS dipesisir selatan, Bitung-Manado, Sulawesi Utara.
       Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 34(3): 445-459.